TEKS ANEKDOT
Ditulis oleh: Fery Dwi Noviyanto, S. Pd, M. Pd
A. Definisi
B. Karakteristik
- Mengandung sindiran
- Mengandung unsur kelucuan
- Memiliki metafora
- Memiliki tokoh yang faktual
- Sarat akan pesan moral
C. Struktur Teks Anekdot
Abstraksi: bagian awal paragraf
yang berfungsi untuk memberikan gambaran yang jelas tentang isi teks
anakdot tersebut. Dalam cerita rekaan berisi ringkasan cerita.
Orientasi: suasana awal kejadian cerita. Dalam cerita rekaan bisa berisi pengenalan tokoh, pengenalan konflik, atau pengenalan latar.
Orientasi: suasana awal kejadian cerita. Dalam cerita rekaan bisa berisi pengenalan tokoh, pengenalan konflik, atau pengenalan latar.
Krisis : masalah utama yang ada di dalam suatu teks
anekdot/permuculan masalah. Krisis dalam cerita rekaan disebut komplikasi yang
biasanya isinya mencakup muncul konflik, peningkatan konflik, dan puncak
konflik.
Reaksi : cara menyelesaikan masalah yang timbul dalam krisis. Reaksi dalam cerita rekaan disebut Evaluasi.
Reaksi : cara menyelesaikan masalah yang timbul dalam krisis. Reaksi dalam cerita rekaan disebut Evaluasi.
Koda : bagian
akhir anekdot yang menyuarakan pesan
moral penulis atas konflik yang terjadi.
D. Unsur Intrinsik
a. Tema
Tema adalah ruh atau nyawa dari setiap karya cerpen itu sendiri. Tema inilah yang akan menentukan konflik dan menjadi ide dasar pengembangan dari seluruh isi cerita pendek. Tema memiliki sifat umum dan general. Seperti contoh; Pendidikan, romansa, persahabatan dan lain-lain.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan adalah dua hal yang berbeda dalam penulisan cerpen. Tokoh merupakan pemain atau orang-orang yang terlibat di dalam cerita tersebut. Sedangkan penokohan adalah penentuan watak atau sifat tokoh yang ada di dalam cerita.
Ada 3 jenis tokoh yang ditampilkan di dalam cerpen, diantaranya:
Antagonis: Tokoh yang biasanya berperan sebagai tokoh jahat. Tokoh ini akan terlibat konflik dengan sang tokoh utama di dalam cerita. Tokoh antagonis memiliki watak yang negatif seperti: sombong, angkuh, jahat dan lain-lain.
Protagonis: Tokoh ini adalah tokoh yang membintangi cerpen tersebut (tokoh utama) tokoh ini biasanya berprilaku baik.
Tritagonis: Tokoh ini merupakan tokoh pembantu protagonis dan yang nantinya akan menjadi penengah konflik antara antagonis dan protagonis. Tokoh ini biasanya memiliki sifat penolong dan bijaksana.
c. Alur (Plot)
Alur adalah urutan jalan cerita dalam cerpen yang di sampaikan oleh penulis. Dalam menyampaikan cerita, ada tahapan-tahapan alur yang disampaikan oleh sang penulis. Diataranya:
- Tahap perkenalan.
- Tahap penanjakan.
- Tahap klimaks.
- Anti klimaks
- Tahap penyelesaian.
Tahap-tahap alur tersebut harus ada dalam sebuah cerita. Tujuannya adalah agar cerita itu tak membingungkan sang pembaca. Ada 2 jenis alur yang biasanya digunakan oleh para penulis, yaitu:
Alur maju: Alur ini menceritakan jalan cerita yang urut dari awal perkenalan tokoh, situasi lalu memunculkan masalah hingga puncak masalah dan terakhir penyelesaian masalah. Jadi intinya, pada alur maju ditemukan jalan cerita yang urut seseuai dengan tahapan-tahapannya.
Alur mundur: Di alur ini, penulis menceritakan jalan cerita secara tidak urut. Bisa saja penulis menceritakan konflik terlebih dahulu, lalu kemudian menengok kembali peristiwa yang menjadi sebab konflik itu terjadi.
d. Latar
Latar mengacu pada suasana, waktu dan tempat terjadinya cerita tersebut. Latar akan memberikan kesan konkret pada suatu cerita pendek. Ada 3 jenis latar dalam sebuah cerpen yakni latar waktu, tempat dan suasana.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah strategi yang digunakan oleh pengarang cerpen untuk menyampaikan ceritanya. Entah itu sebagai orang pertama, kedua, ketiga. Bahkan ada beberapa penulis yang menggunakan sudut pandang orang yang berada di luar cerita.
g. Amanat
Amanat (Moral value) adalah pesan moral yang bisa kita ambil dari cerita tersebut. Di dalam sebuah cerpen, moral biasanya tidak disebutkan secara tertulis melainkan tersirat dan akan bergantung pada pemahaman pembaca akan cerita tersebut. Amanat tersurat bisa langsung diambil dari ceritanya. Akan tetapi jika amanatnya tersirat bisa dijelaskan seperti apa yang kamu bayangkan dalam cerita tersebut.
Amanat (Moral value) adalah pesan moral yang bisa kita ambil dari cerita tersebut. Di dalam sebuah cerpen, moral biasanya tidak disebutkan secara tertulis melainkan tersirat dan akan bergantung pada pemahaman pembaca akan cerita tersebut. Amanat tersurat bisa langsung diambil dari ceritanya. Akan tetapi jika amanatnya tersirat bisa dijelaskan seperti apa yang kamu bayangkan dalam cerita tersebut.
E. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur cerpen yang berada diluar karya sastra. Akan tetapi, secara tidak langsung unsur ini mempengaruhi proses pembuatan suatu cerpen. Unsur ekstrinsik cerpen antara lain:
- Latar belakang penciptaan: Latar belakang ini berkaitan dengan tujuan karya sastra cerpen itu dibuat.
- Latar belakang sejarah pengarang: Unsur ini berkaitan dengan kondisi sosial sang penulis.
- Kondisi masyarakat: Hal-hal yang berkaitan dengan kondisi masyarakat ketika cerpen atau karya sastra itu dibuat.
- Unsur psikologis: Unsur ini berkaitan dengan psikologis sang penulis.
- Nilai Sosial : Kaitannya dengan hubungan antar manusia.
- Nilai Psikologis : Kaitannya dengan kejiwaan / psikologis manusia.
- Nilai Perjuangan : Kaitannya dengan hal – hal perjuangan manusia.
- Nilai Ekonomi : Kaitannya dengan perdagangan, status ekonomi / permasalahan – permasalahan ekonomi masyarakat.
- Nilai Budaya : Kaitannya dengan budaya / kebiasaan / tradisi yang berlangsung di dalam masyarakat.
- Nilai Hukum : Kaitannya dengan permasalahan hukum.
- Nilai Pendidikan ( edukatif ) : Kaitannya dengan permasalahan – permasalahan pendidikan manusia.
- Nilai Moral ( etika ) : Kaitannya dengan moral perilaku manusia.
- Nilai Historia ( kesejarahan ) : Kaitannya dengan peristiwa – peristiwa sejarah.
- Nilai Filosofis : Kaitannya dengan filsafat dalam kehidupan manusia.
- Nilai Religius ( keagamaan ) : Kaitannya dengan hal – hal keagamaan
F. Unsur Kebahasaan
1) Interjeksi
Interjeksi atau kata seru
adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Untuk memerkuat rasa
hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu
di samping kalimat yang mengandung maksud pokok.
Di bawah ini diberikan
bebrapa jenis interjeksi dan contohnya.
a) Interjeksi kejijikan
Contoh:
bah, cih, cis, ih, idih
b) Interjeksi kekesalan atau
kecewa
Contoh:
sialan, celaka
c) Interjeksi kekaguman atau
kepuasan
Contoh:
aduh (duh), aduhai, amboi, asyik, wah
d) Interjeksi kesyukuran
Contoh: syukur, untung
2)
Kata Kerja
Kata kerja adalah kata yang menunjukkan suatu kerja atau perbuatan,
misalnya: berjalan, makan, berolahraga, menulis, dan menyapu.
Kata kerja dibedakan
menjadi 2:
Kata kerja transitif:
memerlukan, menyeterika, membangun, dll.
Kata kerja intransitif:
terdiam, datang, hadir, dll.
3)
Frasa Kerja
Frasa kerja adalah frasa
yang unsur intinya berupa kata kerja, sedang unsur lainnya merupakan atribut.
Contoh : sedang diperiksa,
belum datang, sudah selesai, dll.
Contoh Teks Anekdot :
Cara Keledai Membaca Buku
Alkisah, Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati.
Tetapi Timur Lenk memberi syarat, Ajari terlebih dahulu keledai itu membaca. Dua minggu setelah sekarang, datanglah kembali kemari, dan kita lihat apa yang akan terjadi.
Nasrudin berlalu, sambil menuntun keledai itu ia memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika dapat mengajari keledai itu membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak, hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.
Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktekkan apa yang telah ia lakukan. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut, dan membuka sampulnya.
Si keledai menatap buku itu. Dan ajaib!! Tak lama kemudian Si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman terakhir. Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.
Demikianlah, kata Nasrudin, Keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya. Timur Lenk merasa ada yang tidak beres dan mulai menginterogasi, Bagaimana caramu mengajari dia membaca ...?
Nasrudin berkisah, Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu, kalu tidak ditemukan biji gandumnya ia harus membalik halaman berikutnya. Dan itu ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik - balik halaman buku itu.
Tapi, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya? tukas Timur Lenk. Nasrudin menjawab, Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya.
Jadi kalau kita juga membuka - buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan? kata Nashrudin dengan mimik serius.
Tetapi Timur Lenk memberi syarat, Ajari terlebih dahulu keledai itu membaca. Dua minggu setelah sekarang, datanglah kembali kemari, dan kita lihat apa yang akan terjadi.
Nasrudin berlalu, sambil menuntun keledai itu ia memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika dapat mengajari keledai itu membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak, hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.
Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktekkan apa yang telah ia lakukan. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut, dan membuka sampulnya.
Si keledai menatap buku itu. Dan ajaib!! Tak lama kemudian Si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman terakhir. Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.
Demikianlah, kata Nasrudin, Keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya. Timur Lenk merasa ada yang tidak beres dan mulai menginterogasi, Bagaimana caramu mengajari dia membaca ...?
Nasrudin berkisah, Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu, kalu tidak ditemukan biji gandumnya ia harus membalik halaman berikutnya. Dan itu ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik - balik halaman buku itu.
Tapi, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya? tukas Timur Lenk. Nasrudin menjawab, Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya.
Jadi kalau kita juga membuka - buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan? kata Nashrudin dengan mimik serius.
Dikutip dari: Buku Kurtilas Bahasa Indonesia Kelas X Revisi 2016
No comments:
Post a Comment